KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DAUR ULANG SAMPAH”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia
biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Saya menyadari tanpa kerja sama antara guru pembimbing
dan penulis serta beberapa kerabat yang memberi masukan yang bermanfaat bagi
penulis demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak tersebut yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Salomekko, 24 Agustus 2015
Penulis,
(
________________________ )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN...................................................................... 2
A.
Kompos sampah ............................................................................... 2
B.
Pengelolaan sampah ......................................................................... 3
C.
Mengapa kita harus mengelola sampah ............................................ 4
D.
Langkah – langkah ........................................................................... 5
E.
Manfaat Kompos .............................................................................. 6
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan ...................................................................................... 7
B.
Saran................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Melihat keadaan lingkungan kita yang
setiap hari dipermasalahkan oleh samapah yang semakin menggunung seolah sampah
ini menjadi masalah atau momok utama yang dihadapi oleh pemerintah dan
masyarakat.
Sehingga masyarakat di beberapa Negara
bahkan diseluruh dunia berlomba-lomba menyelesaikan hal tersebut. Jika kita
berbicara tentang permasalahan sampah ini, sebenarnya sampah ini banyak sekali
manfaatnya antara lain dapat membuat pupuk organik. Walaupun ada yang merugikan
antara lain menyebabkan kerugian yang berdampak berbahaya sekali bagi kehidupan
makhluk hidup di dunia.
Sebenarnya banyak sekali cara untuk
menangani masalah sampah ini contohnya dnegan cara daur ulang yang bisa
menghasilkan KOMPOS alami yang bias dimanfaatkan oleh para petani dan
masyarakat, dengan cara itu pula para petani bisa meminimaliskan penggunaan
pupuk anorganik. Karena dengan pupuk anorganik itu bisa membuat kerusakan
lingkungan antara lain pencemaran di dalam air dan tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka,1999) peningkatan adalah proses, cara, perbuatan, meningkatkan
(usaha, kegiatan, dsb);dan kegiatan ialah aktivitas, usaha, pekerjaan. Masih
berasal dari sumber yang sama ekstrakurikuler yaitu berada di luar program yang
tertulis di dalam kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa,
sementara karya adalah pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan (terutama
hasil karangan), sedangkan ilmiah ialah bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan,
memenuhi syarat (kaidah ilmu pengetahuan).
Kemudian remaja yang juga menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka,1999) adalah mulai dewasa, sudah sampai umur untuk
kawin, serta pupuk merupakan penyubur tanaman yg ditambahkan ke tanah untuk
menyediakan senyawaan unsur yang diperlukan oleh tanaman.
Sampah adalah semua
material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan
kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat
perdagangan dikenal dengan limbah municipal
yang tidak berbahaya (non hazardous).
Soewedo (1983) menyatakan
bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai
A. Komposisi Sampah
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1.
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2.
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak
mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik
mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk
lainnya (produk daur ulang). Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,
kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
3.
Di negara-negara berkembang komposisi
sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik
sebesar ± 30%.
B. Pengelolaan Sampah
Agar pengelolaan sampah
berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap
kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah.
Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat
sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah
dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit.
Tahapan Pengelolaan
sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah:
a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya
Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah
organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan
anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.
b. Pemanfaatan Kembali
Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:
1.
Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan).
Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan
untuk melestarikan fungsi kawasan wisata.
2.
Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung,
misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas
daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya
menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas
dan botol air minum dalam kemasan.
c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Sisa sampah yang tidak
dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya
mencapai ± 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir
(TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing
Pemda.
Dengan pengelolaan
sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan
lagi hanya sebesar ± 10%. Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya
pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan
tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini
dihadapi oleh banyak pemerintah daerah.
C. Mengapa kita harus mengolah sampah?
Sampah, khususnya di daerah perkotaan sering menjadi
masalah. Timbunan sampah yang dihasilkan terus bertambah seiring dengan
bertambahnya penduduk kota. Sehari setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900
gram, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik. Yang
dimaksud sampah organik adalah sampah yang berasal dari benda hidup, seperti
sisa makanan, sisa sayuran, ikan, buah-buah, daun, ranting, ampas kelapa
dsbnya. Sedangkan yang termasuk sampah anorganik adalah, plastik, kaleng, besi,
plastik air kemasan, plastik sisa sampo, kaca, kain perca dsbnya.
Sebagian besar sampah di kota dibuang ke TPA. Namun
pengolahan di TPA yang sebagian besar dengan sistem open dumping, justru sering
menimbulkan masalah, mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air, tanah
sampai masalah estetika. Beberapa kajian membuktikan, penangganan sampah dengan
cara seperti itu akan menghasilkan gas polutan seperti methan, H2S dan NH3. Gas
H2S dan NH3 yang dihasilkan, walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat
menyebabkan bau yang tidak enak.
Sementara itu, masih banyak warga kota yang membuang
sampah di sembarang tempat, misalnya sungai, saluran drainase atau rawa-rawa.
Akibatnya sampah akan menyumbat saluran sehingga menyebabkan banjir. Di sisi
kesehatan tumpukan sampah tersebut akan menjadi salah satu sumber penularan
penyakit seperti disentri, kolera, pes dsbnya.
Selain itu ternyata tidak sedikit warga kota yang
menanggani sampah dengan cara dibakar. Cara-cara seperti justru dapat
menimbulkan masalah serius. Karena sampah yang dibakar akan menghasilkan zat
atau gas polutan yang tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga
berbahaya langsung terhadap manusia. Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran
sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker (karsiogenik) bahkan
kematian.
Sebagai gambaran, pembakaran 1 ton sampah akan
menghasilkan 30 kg gas CO, Gas yang jika dihirup akan berikatan sangat kuat
dengan hemoglobin darah sehingga dapat menyebabkan tubuh orang menghirup akan
akan kekurangan O2 dan menimbulkan kematian. Pembakaran sampah organik juga
akan menghasilkan gas methana. Membakar potongan kayu akan menghasilkan senyawa
formaldehida yang mengakibatkan kanker. Sampah organik yang masih agak basah
seperti daun, ranting, batang, sisa sayuran atau buah jika dibakar tidak akan
semua terbakar dan menghasilkan partikel-partikel padat yang akan beterbangan.
Satu ton sampah organik akan menghasilkan 9 kg partikel padat yang mengandung
senyawa hidrokarbon berbahaya. Salah satu diantaranya adalah benopirena.
Menurut beberapa kajian diketahui asap dari pembakaran sampah mengandung
benzopirena 350 kali lebih besar dari asap rokok.
Di sisi lain, tidak semua sampah jika dibuang ke alam
akan mudah hancur. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang puluhan tahun
baru bisa hancur. Akibatnya jika volume sampah yang dihasilkan warga kota
banyak dan lama hancur, maka akan dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA. Sebagai
gambaran, Kertas jika dibuang ke alam butuh waktu 2,5 bulan untuk bisa hancur,
Kardus butuh 5 bulan, kulit jeruk 6 bulan, busa sabun (Deterjen) baru bisa
terurai setelah 20-25 tahun, sepatu kulit yang dibuang ke halaman baru bisa
hancur setelah 20-40 tahun, kain nilon 30-40 tahun, plastik 50-80 tahun dan
aluminium 80-100 tahun. Sementara itu ada satu jenis sampah yang tidak bisa
hancur sampai kapan pun, yaitu strefom.
Keberadaan warga miskin di kota seringkali menjadi
kambinghitam karena dituding sebagai penyebab kota kotor dengan sampah. Padahal
faktanya banyak perumahan atau kampung orang kaya yang justru menjadi sumber
sampah utam di perkotaan. Dan tidak sedikit pemulung yang kerap dimasukkan sebagai
bagian dari warga miskin kota yang justru “mengolah” sampah di kota sehingga
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik
secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah
banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec,
ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos
(vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan,
karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses
yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan
secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam
mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang
sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai
upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah
pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah
di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta
mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material organik
yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan,
sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.
D. Langkah –
Langkah Pembuatan Kompos
Cara pembuatan kompos
dari sampah organik:
1.
Sediakan wadah berdiameter 10 cm (yang
tidak dipakai lagi), lubangi bagianbawahnya untuk saluran cairan coklat (lindi)
hasil pengomposan.
2.
Dasar wadah itu diberi pasir.
3.
Lalu sisa sayuran, sisa makanan ditumpuk
di atas pasir itu.
4.
Pada hari ketiga setelah ada bau masam,
sisa sayuran dan makanan ditaburi kapur (dolomide) untuk menambah unsur hara
hasil kompos.
5.
Perciki air secukupnya. Kemudian tambahkan
tanah gembur secukupnya agar bau bisa tertahan.
6.
Untuk lapisan berikutnya dapat mulai lagi
dengan diperciki air, diberi pasir, sisa sayuran/makanan, tanah gembur.
Pembuatan kompos dilakukan secara berlapis-lapis.
7.
Untuk wadah berdiameter 10 cm campuran
tidak perlu diaduk, tetapi untuk wadah yang berukuran lebih besar sebaiknya
campuran diaduk.
Waktu yang diperlukan
untuk menjadi kompos sekitar satu setengah bulan. Tanda-tanda pengomposan sudah
selesai campuran menjadi hitam dan tidak bau.
Selain sisa
sayur/makanan, daun tanaman yang kering bisa dikomposkan. Caranya, daun kering
diremas-remas sampai hancur, kemudian masukkan ke dalam wadah plastik, perciki
air. Setelah satu setengah bulan daun kering sudah menjadi kompos yang berwarna
hitam.
Kompos tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, media tanam di rumah sendiri atau jika
dijual bisa menjadi sumber penghasilan tambahan.
E. Manfaat
Kompos
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1.
Menghemat biaya untuk transportasi dan
penimbunan limbah
2.
Mengurangi volume/ukuran limbah
3.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari
pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1.
Mengurangi polusi udara karena pembakaran
limbah
2.
Mengurangi kebutuhan lahan untuk
penimbunan
Aspek bagi
tanah/tanaman:
1.
Meningkatkan kesuburan tanah
2.
Memperbaiki struktur dan karakteristik
tanah
3.
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4.
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5.
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa,
nilai gizi, dan jumlah panen)
6.
Menyediakan hormon dan vitamin bagi
tanaman
7.
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit
tanaman
8.
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di
dalam tanah
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan dalam karya ilmiah
ini, kesimpulan penulis adalah sebagai berikut :
1.
Dengan pembuatan kompos dapat membantu
meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) serta memajukan
perekonomian masyarakat sekitar.
2.
Pembuatan kompos dapat membantu proses
penggemburan tanah.
B.
Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut saran penulis adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai penerus bangsa, seorang pelajar
sebaiknya mampu memanfaatkan sampah organik untuk menghasilkan barang ekonomis.
2.
Perlunya kerjasama dari para siswa untuk
mencanangkan pengolahan sampah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.klinikmedis.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7:pencegahan-penanganan-pengolahan-limbah-rumah-sakit&catid=1:latest-news
17/11/12}
http://khafid45.blogspot.com/2013/09/bab-i-pendahuluan-1.html
http://uplink.or.id
http://lingkunganku.multiply.com
http://matoa.org
http://www.kimia-lipi.net
http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar